Pernahkah kita bekerja dengan hati?
Kemarin malam Leo meminta ibunya untuk menggambar ultraman di white boardnya. Kristin mencoba untuk menggambar, tapi selalu dikomentari Leo, entah matanya yang harus lebih besar, mulutnya yang kekecilan, kupingya yang harus geser lebih ke kiri. Akhirnya, karena sudah malam, anak saya menitip pesan ke ibunya, untuk meminta papanya kalau pulang kantor nanti untuk mengambar ultraman.
Saya sampai rumah jam 10 malam, lalu setelah mandi dan beristirahat sejenak, saya mencoba untuk memenuhi permintaan Leo. Saya duduk di lantai, di depan white board, lalu dengan sepenuh hati, disertai dengan perasaan sayang terhadap anak saya, sayapun mencoba untuk menggambar. Terus terang saya paling bodoh dalam hal menggambar. Tapi entah kenapa, tangan saya digerakkan oleh hati yang mencinta dan penuh sayang, akhirnya menghasilkan karya yang sangat bagus, menurut saya, tapi mungkin biasa-biasa saja bagi orang lain. Kristin yang terbangun, sempat menengok dan mengatakan, ”Gambarnya bagus!”.
Ketika saya sedang bersiap berangkat ke kantor tadi pagi, Leo bangun,dan melihat pesanannya sudah terpampang di white boardnya. Begitu senang dan bahagia terpancar di matanya, ”Wah, papa hebat, gambarnya bagus, ini nih yang saya mau, kemarin mama ngga bisa!”. alangkah bahagianya saya, ternyata pekerjaan yang digerakkan dengan hati menghasilkan kebahagiaan dan kegembiraan bagi kita dan sekeliling kita. Walaupun setelah itu anak saya tetap berkomentar.” Tapi kok matanya kurang besar ya, terus, tulisannya kok di bawah, harusnya di atas. Tapi biar deh, nanti leo yang memperbaiki”.
Bekerja dengan hati, seperti contoh kecil di atas, beberapa kali saya lakukan juga di kantor, dan hasilnya selalu bagus, selalu menggembirakan, dan selalu membahagiakan. Berani mencoba???
Leave a Reply