Iky, seorang artis baru bertubuh tambun, sedang memulai karir di atas panggung hiburan tanah air. Sebagai artis baru, tawaran di atas panggung belum banyak. Uang yang dipunyai juga belum banyak. Maka untuk melengkapi kostum di atas panggung, Iky membeli pakaian jadi di mall. Selain harganya murah, dibandingkan membuat pakaian di desainer, juga karena tubuhnya yang masih belum langsing sempurna. Dengan berjalannya waktu dan tuntutan kostum di atas panggung, Iky harus mulai membuat baju yang sempurna untuk menunjang penampilannya di atas panggung. Apalagi tubuhnya sudah mulai langsing menarik, ditambah tawaran tampil di atas panggung semakin sering diperoleh.
Iky menghadapi dilemma, apakah cukup membeli bahan baju di mall dan menjahitkannya ke penjahit langganan atau membeli bahan baju kelas satu dari luar negeri dan membawa ke desainer terkenal untuk menciptakan adibusana buatnya. Banyak pertimbangan musti dipikirkan Iky. Yang paling penting apakah peran di atas panggung sudah mengharuskan Iky mengenakan adibusana? Atau adibusana menjadi perjudian Iky untuk memenangkan persaingan dengan artis lain memperebutkan peran di atas panggung. Jelas adibusana jahitan desainer ternama terasa nyaman dipakai, enak dilihat karena perpaduan yang sempurna dari bahan baju dengan warna yang sesuai dengan kepribadian Iky. Tentu ada penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan Iky seperti cara berjalan dan gesture tubuh yang elegan. Hal ini semua harus dilakukan agar Iky dapat tampil sempurna di atas panggung. Biaya yang dikeluarkan tentunya mahal, jadi Iky melakukan strategi dengan membuat secara bertahap, pertama Iky minta dibuatkan gaun terlebih dahulu, baru selanjutnya asesoris pendukung seperti jaket, topi, stocking, dan sepatu. Tentunya setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan desainer agar penambahan asesoris sesuai dengan gaun yang telah dibuat. Dan hal yang tak bisa diabaikan, adibusana ini merupakan satu set pakaian lengkap dari ujung kepala sampai ujung kaki yang menyatu dengan si pemakainya.
Hal yang tidak ditemui ketika Iky menjahit pakaian di penjahit langganan. Penjahit langganan hanya menjahit sesuai permintaan Iky. Tidak ada saran dan masukan mengenai kecocokan warna dan model. Malah bisa jadi banyak baju hasil jahitan hanya dipakai sekali di atas panggung setelah itu disimpan dalam tumpukan lemari paling bawah.
Demikian pula ketika suatu perusahaan baru mulai merangkak naik. Membeli aplikasi jadi untuk menjalankan fungsi keuangan, akuntansi, pengadaan, dan inventory merupakan pilihan yang cerdas. Karena apa? Karena standar operating procedure untuk fungsi fungsi tersebut masih mencari bentuk. Masih terlalu banyak duplikasi di sana sini. Masih tambun. Namun pencatatan sudah harus dilakukan agar informasi dari hasil pencatatan tersebut data diberikan kepada para pengambil keputusan.
Dengan berjalannya waktu, integrasi antar standar operating procedure tiap-tiap unit kerja mulai terbentuk. Duplikasi mulai dihilangkan. Standar operating procedure dibuat independen namun interdependensi antar standar operating procedure diusahakan terjadi untuk seluruh fungsi perusahaan. Hal ini mengakibatkan proses kerja perusahaan menjadi langsing dan siap melangkah ke tahap selanjutnya.
Memilih untuk membangun aplikasi terintegrasi, baik dengan outsource maupun inhouse jelas memerlukan keseriusan tersendiri. Pengetahuan mengenai best practice di masing-masing fungsi sangat diperlukan. Belum lagi mendefinisikan interdependensi antar fungsi yang menambah kompleksitas desain aplikasi. Kerumitan bertambah ketika kita membuat test plan. Makin banyak fungsi yang diintegrasikan, makin banyak kemungkinan pertukaran data yang muncul dan makin kompleks test plan yang harus dibuat. Persiapan test plan yang tidak sempurna akan mengakibatkan tambal sulam aplikasi di saat aplikasi mulai digunakan. Hal ini mengakibatkan penurunan performansi dan keamanan aplikasi. Pada akhirnya aplikasi yang dihasilkan merupakan gambaran dari Iky, artis yang diceritakan di atas, dan bukan best practice yang terjadi di dunia bisnis dewasa ini.
Perusahaan bisa mengambil langkah lain, yaitu memilih aplikasi Enterprise Resource Planning. Jangan salah, aplikasi Enterprise Resource Planning bukan aplikasi yang langsung bisa digunakan langsung. Aplikasi ini lebih berupa bahan pakaian yang memerlukan seorang desainer untuk dibuat menjadi pakaian yang cocok buat suatu perusahaan. Aplikasi Enterprise Resource Planning nomor satu dan implementor nomor wahid merupakan kombinasi yang luar biasa untuk menghasilkan aplikasi terintgerasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Tentu ada harga yang harus dibayar. Perlu diperhitungan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh.
Bagaimana memilih aplikasi Enterprise Resource Planning? Memilih Enterprise Resource Planning susah-susah gampang. Sebagai acuan kita bisa melihat kepada tabel yang dibuat oleh Gartner. Per Juni 2012, aplikasi Enterprise Resource Planning yang menduduki posisi leader adalah SAP dan Microsoft Dynamics. Turun satu peringkat ke challenger anda akan menemui Oracle E-Business Suite, JD Edwards, dan IFS. Atau jika anda menyukai tantangan, anda bisa memilih Epicor. Diluar itu tidak saya sarankan.
Apa saja isi dari aplikasi Enterprise Resource Planning? Secara umum aplikasi Enterprise Resource Planning memiliki 3 modul dasar yaitu: modul produksi, modul Finansial dan akuntansi, serta modul Sumber Daya Manusia. Tidak sedikit perusahaan yang mencoba untuk mengimplementasikan aplikasi Enterprise Resource Planning ini secara bertahap. Biasanya dimulai dari modul Finansial dan akuntansi. Selanjutnya modul Sumber Daya Manusia. Baru kemudian modul Produksi. Harus diingat manfaat terbesar dari aplikasi Enterprise Resource Planning adalah ketika kita mengimplementasikan keseluruhan atau sebagian besar modul yang ada. Yang tentunya akan melibatkan keseluruhan satuan kerja dalam perusahaan.
Desainer/Implementor seperti apa yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk mengimplementasikan aplikasi Enterprise Resource Planning? Tentunya implementor yang sudah memiliki pengalaman luas dalam melakukan implementasi aplikasi Enterprise Resource Planning serta menawarkan harga yang wajar. Minimal ada 3 anak perusahaan BUMN yang terjun di bidang implementasi aplikasi Enterprise Resource Planning yaitu: PT TelkomSigma, PT Aero Systems Indonesia, dan PT Krakatau Information Technology. Sebagai dukungan sinergi antar BUMN, silakan memilih salah satu dari ketiganya.
Sebagai catatan akhir, keputusan untuk menggunakan aplikasi Enterprise Resource Planning baru bisa dilakukan setelah proses kerja di dalam perusahaan sudah berjalan dengan baik dan interdependensi data yang mengalir dari satu proses kerja ke proses kerja lainnya sudah terdefinisi dengan baik. Sambil menunggu saat itu tiba, gunakan aplikasi jadi yang banyak dijual di pasaran untuk mencatat kegiatan operasi agar hasil pencatatan bisa diberikan kepada manajemen puncak untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan ketika saatnya tiba, pilih Enterprise Resource Planning nomor satu, pilih implementor nomor wahid, libatkan seluruh satuan kerja terkait, kontrol oleh Direksi dan lakukan implementasi secara bertahap agar dihasilkan back-office handal untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Leave a comment